Selasa, 27 April 2010

perubahan suhu akibat global warming...


1.1 Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti planet bumi. Atmosfer bumi terdiri dari beberapa gas antara lain nitrogen, oksigen, karbon dioksida; ditambah dengan uap air dan zat-zat lain, seperti debu, jelaga, dan sebagainya gambar 1.
sumber [1, hal. 15]
1.2 Lapisan-lapisan Atmosfer
Atmosfer bumi terdiri dari berbagai lapisan, yaitu berturut-turut dari lapisan bawah ke atas adalah troposfer, stratosfer, mesosfer, dan termosfer gambar 2.
sumber [1, hal. 15]
Troposfer adalah lapisan terendah yang tebalnya kira-kira sampai dengan 10 kilometer di atas permukaan bumi. Dalam troposfer ini terdapat gas-gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca dan pemanasan global.
Gas-gas Rumah Kaca bab 2.3, Efek Rumah Kaca  bab 2.1 dan  bab 2.2, Pemanasan Global  bab 3.1 dan  bab 3.2
sumber [1, hal. 116]
Stratosfer adalah lapisan kedua dari bumi yang tebalnya kira-kira 10 kilometer sampai dengan 60 kilometer di atas permukaan bumi. Di stratosfer terdapat ozon yang melindungi bumi dari bagian sinar matahari yang berbahaya (sinar ultraviolet) Perusakan Lapisan Ozon.
sumber [1, hal. 108]
1.3 Fungsi Atmosfer
 
 
 
 
Eliminasi Chlorofluorocarbon
Dalam hal chlorofluorocarbon, karena sebuah kesepakatan internasional untuk menghentikan penggunaannya pada 2000 telah ditandatangani, tingkat emisi di masa datang akan bergantung terutama pada sejauh mana kesepakatan tersebut dipatuhi dengan ketat  Perusakan Lapisan Ozon.
Mengurangi Emisi Metana dan Dinitrogen oksida
Hingga saat ini belum ada strategi yang tepat untuk mengurangi emisi metana maupun dinitrogen oksida. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk sampai pada sebuah strategi pengurangan yang sesuai.
Bahan Bakar Biomassa
Bahan bakar biomassa berasal dari kayu atau sisa-sisa tanaman pertanian. Bahan ini dapat digunakan secara berkelanjutan, dengan jumlah penggunaan setara dengan jumlah penanaman. Jika hal ini dilakukan, tidak ada emisi karbon dioksida karena tumbuhan yang ditanam akan mengkonsumsi karbon dioksida sebanyak yang dilepaskan ketika bahan dibakar. Jika energi yang dihasilkan digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil, maka ada pula pengurangan emisi karbon dioksida.
Bahan bakar biomassa sudah digunakan secara berkelanjutan di berbagai industri pedesaan pada negara-negara berkembang. Pabrik gula dan penggilingan padi, minyak kelapa sawit dan agro-industri lainnya, secara berkala mengandalkan limbah mereka sendiri untuk menghasilkan energi yang diperlukan. Industri penggergajian kayu sering menggunakan potongan kayu dan limbah kayu lainnya untuk menghasilkan energi panas guna mengeringkan kayu. Usaha-usaha seperti ini harus didorong untuk beralih dari penggunaan bahan bakar fosil ke bahan bakar biomassa.
 
Teknologi Pemanfaatan Sumber Energi Terbarui
Pemanfaatan sumber energi terbarui diyakini tidak menghasilkan emisi karbon dioksida. Karena itu, peningkatan pemanfaatan energi dari sumber-sumber energi terbarui harus dianggap sebagai unsur utama dalam strategi mengurangi emisi karbon dioksida. Namun sejauh ini, sumbangan sumber-sumber energi terbarui terhadap pemasokan energi dunia amat kecil, kecuali dari tenaga air.
Selain tenaga air, dapat digunakan energi matahari dan tenaga angin  Energi.
Penanaman Hutan
Menanam pohon bahkan pada skala besar sekalipun, tidak dapat mengimbangi keseluruhan laju penambahan gas-gas rumah kaca ke atmosfer.
Walaupun demikian, peningkatan penanaman pohon oleh setiap negara akan memperlambat penimbunan gas-gas rumah kaca.
Gambar (29). Pemanfaatan Sumber-sumber Energi Terbarui
 5.3 Pajak Karbon
Harga merupakan salah satu faktor penentu jenis bahan bakar apa yang dipilih orang dan berapa jumlah konsumsinya. Para ahli ekonomi menyarankan bahwa harga bahan bakar dapat dinaikkan dengan menambah ‘pajak karbon’, sebagai cara mengurangi pemanasan global. Pajak karbon akan dikenakan pada bahan bakar sesuai dengan jumlah karbon dioksida yang dipancarkan. Dengan rancangan ini, batu bara akan dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada bahan bakar bensin karena batu bara merupakan sumber energi fosil yang menghasilkan emisi gas karbon dioksida paling tinggi saat dibakar, dan gas bumi dikenakan pajak paling rendah  bab 3.3.
Gagasan lain yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi adalah penggunaan "ijin yang dapat dipertukarkan" atau tradable permits dalam emisi karbon dioksida. Ijin ini membolehkan sebuah negara atau sebuah organisasi untuk mengemisi karbon dioksida dalam jumlah tertentu. Jumlah tingkat emisi global karbon dioksida akan ditentukan oleh sebuah badan internasional. Di dalam sebuah negara, ijin tersebut akan dibagi di antara pengguna bahan bakar.
sumber [2, hal. 61-81]
 
5.4 ‘Strategi Antisipasi di Indonesia’
 Untuk mengantisipasi dampak dari pemanasan global, pemerintah Indonesia membentuk Komisi Nasional untuk Evaluasi dan Monitoring Dampak Perubahan Iklim pada Lingkungan pada tahun 1990.
Komisi tersebut pernah merangkum satu "Strategi Antisipasi Dampak Perubahan iklim".
sumber [4]
Selain itu sudah dikeluarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang "Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor" (KEP-35/MENLH/10/93), "Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak" (KEP-13/MENLH/3/95), dan "Program Langit Biru"
(KEP-15/MENLH/4/96) yang dimaksudkan mencegah terjadinya pencemaran udara dan mewujudkan perilaku sadar lingkungan.
sumber [6]
Berbagai kebijakan tersebut sudah menampakkan hasilnya tetapi langkah tersebut belum cukup, diperlukan tindakan menyeluruh misalnya dalam bidang konservasi energi, penggunaan sumber energi terbarui, penghutanan kembali dan penerapan teknologi ramah lingkungan guna mengatasi serta mengurangi ancaman pemanasan global.
 Gambar (31). Negara-negara Penyebab Emisi Gas Rumah Kaca Tertinggi(Total dan per Kapita)
 
sumber [internet: http://www.ns.doe.ca/udo/pics/warm14]
[1]  Satriago H., Himpunan istilah lingkungan untuk manajemen, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996
[2]  Foley G., Pemanasan global, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993
[3]  Bliefert C., Umweltchemie, Weinheim: VCH Verlagsgesellschaft mbH, 1994
[4]  Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Strategi antisipasi dampak perubahan iklim akibat gas rumah kaca terhadap lingkungan di Indonesia, Jakarta, 1993
[5]  ATAL, Amt für Technische Anlagen und Lufthygiene, Luft, Bessere Luft im Kanton Zürich, Hombrechtikon: Druck AG,1992
[6]  BAPEDAL, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, Himpunan Peraturan Tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Jakarta: 1996
 
Efek Rumah Kaca
Efek Rumah Kaca atau Greenhouse Effect merupakan istilah yang pada awalnya berasal dari pengalaman para petani di daerah beriklim sedang yang menanam sayur-mayur dan biji-bijian di dalam rumah kaca. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pada siang hari waktu cuaca cerah, meskipun tanpa alat pemanas suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih tinggi dari pada suhu di luarnya.
Hal tersebut terjadi karena sinar matahari yang menembus kaca dipantulkan kembali oleh benda-benda di dalam ruangan rumah kaca sebagai gelombang panas yang berupa sinar inframerah. Oleh karena itu, udara di dalam rumah kaca suhunya naik dan panas yang dihasilkan terperangkap di dalam ruangan rumah kaca dan tidak tercampur dengan udara di luar rumah kaca. Akibatnya, suhu di dalam ruangan rumah kaca lebih tinggi dari pada suhu di luarnya dan hal tersebutlah yang dikatakan sebagai efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat pula terjadi di dalam mobil yang diparkir di tempat yang panas dengan jendela tertutup.
Dari pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan berbagai sinar di atmosfer) sebagian radiasi tersebut dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Radiasi yang diserap dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang bergelombang panjang. Sinar tersebut di atmosfer akan diserap oleh gas-gas rumah kaca seperti uap air (H2O) dan karbon dioksida (CO2) sehingga tidak terlepas ke luar angkasa dan menyebabkan panas terperangkap di troposfer dan akhirnya menyebabkan peningkatan suhu di bumi maupun di lapisan troposfer (lapisan atmosfer terendah). Hal tersebut menyebabkan terjadinya efek rumah kaca di bumi.
Dengan adanya efek rumah kaca, suhu rata-rata di permukaan bumi naik 33°C lebih tinggi (menjadi 15°C) dari seandainya tidak ada efek rumah kaca (- 18°C), suhu yang terlalu dingin bagi kehidupan manusia. Kenaikan intensitas efek rumah kaca akibat peningkatan kadar gas rumah kaca yang utamanya disebabkan oleh pencemaran, dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global atau global warming, yaitu peningkatan suhu bumi yang menyebabkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.
Sumber: Satriago H., Himpunan Istilah Lingkungan untuk Manajemen, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1996
Sumber dan hak cipta :
Penerbit
PPPGT / VEDC Malang
Bekerja sama dengan Swisscontact
Atas dukungan biaya Swiss Agency for Development and Cooperation (SDC)
 
Edisi Kedua
Malang, 1999
 
Hak Cipta
PPPGT / VEDC Malang
Jl. Teluk Mandar, Arjosari
Tromol Pos 5
Malang 65102
 
Untuk keperluan pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup, isi buku ini dapat diperbanyak dengan menyebutkan sumbernya. Untuk keperluan selain pendidikan dan pelatihan lingkungan hidup, harus seijin PPPGT / VEDC Malang.
 
Wall Chart
Konsep: 1995; Ir. Dwi Prihanto; Drs. Suprayitno; Adrian Stucki, Phil. Nat.
Sumber: Das Klima - Wandel durch Treibhaus-Effekt und Ozonloch, Aktuelle Seydlitz Landkarte 4/91, Schallhorn E., Cornelsen & Schroedel 1991
Gambar: Drs. Mochamad Sholeh
 
Buku Panduan
Penyusunan: 1996; Maja Messmer, dipl. Natw. ETH; Erika Stutz, dipl. Chem. HTL
Revisi: 1998; Drs. Suprayitno
Grafik: Agus Subandi
Bahasa: Andjar Suwito
Validasi: Bapedal, Direktorat Pengembangan Kelembagaan / SDM
 
Percetakan
Indah Offset, Malang
 http://www.voctech.org.bn/virtual_lib/swisscontact/Atmosfer/atmosfer.htm

Jumat, 16 April 2010

Image 
Satelit baru akan menyediakan foto-foto permukaan Bumi dengan resolusi tinggi untuk ditampilkan di Google Earth. Digital Globe yang bermitra dengan Google akan meluncurkan satelit bernama WorldView I itu, Selasa (18/9).
Bersama satelit sebelumnya, Quickbird, keduanya akan menyediakan reoslusi setengah meter dan mengumpulkan foto seluas 600 ribu kilometer persegi setiap hari. Koleksi sebanyak itu sebelumnya hanya dapat dikumpulkan lebih dari seminggu.
Selain itu, objek di permukaan Bumi akan dapat disorot hingga pembesaran sampai ketinggian tiga meter hingga 7,5 meter. Bahkan dengan titik referensi di permukaan Bumi pembesarannya dapat ditingkatkan hingga dua meter.
"WorldView I akan mendorong pengumpulan koleksi foto dan mempercepat penambahan jumlah arsip perusahaan kami, yang sampai sekarang merupakan arsip citra satelit komersial terbayak di dunia," ujar Chief Executive Digiyal Globe, Jill Smith. Ia mengatakan arsip citra satelit dan udara di perpustakaannya mencapai lebih dari 300 juta kilometer persegi.
Peluncuran satelit WorldView I merupakan tahap pertama dari rangkaian peluncuran satelit lainnya untuk memperkuat kemampuan mengindera permukaan Bumi. Satelit Quickbird yang diperkirakan habis masa edarnya dua atau tiga tahun lagi akan segera digantikan satelit WorldView II. Saat satelit ketiga ini dilucnurkan, Dgital Globe akan mempau mengumpulkan foto lebh dari 1 juta kilometer persegi setiap hari dengan resolusi tinggi.
Pengembangan satelit Digital Globe didukung dana 500 juta dollar AS dari Badan Intelijen Geospasial Nasional Pentagon. Namun, citra satelit yang dihasilkan bebas dijualbelikan secara komersial sepanjang tak lebih dari resolusi setengah meter.
Author: Kompas Cyber Media
Source: Kompas.com
Ribuan gletser menyusut atau lenyap.
Miliaran ton racun gas metana tengah dilepaskan dari daratan Arktik yang mencair dan dari tempat lain.
Pencairan es di Antartika Barat dan Greenland mempercepat kenaikan air laut.
Banyak negara pulau terbenam atau tenggelam.
Puluhan ribu sungai, danau, dan sumber air mengering atau hilang selamanya.
Ratusan ribu orang mati karena perubahan iklim setiap tahun.
500 juta orang lainnya sangat terancam.
Satu miliar orang pergi tidur dengan kelaparan setiap hari.
Satu anak mati setiap 5 detik karena kelaparan.
Puluhan juta orang menjadi pengungsi iklim.
Badai-badai tropis yang mematikan bertambah semakin mematikan.
Gelombang panas dan kebakaran juga semakin sering melanda.
Nyamuk-nyamuk yang membawa penyakit menyebar seiring dengan iklim yang bertambah panas.
Sepertiga daratan di planet ini berubah menjadi gurun pasir.
Lautan menjadi asam dan membunuh kehidupan laut.
Semakin banyak zona laut mematikan muncul.
Sampai 270 spesies tanaman unik dan hewan hilang setiap hari.
Jutaan ekar hutan kuno sekarat atau mati.
Kerugian yang terkait iklim mencapai ratusan miliar dollar AS setiap tahun.
Kerugian yang diderita oleh generasi masa depan tak terkira.
Mara bahaya di masa depan tak dapat diprediksikan.

Apa yang sedang kita tunggu?

JADILAH VEGAN.
BERTINDAKLAH HIJAU.
SELAMATKAN BUMI.